salju

Senin, 05 November 2012

MAKALA GAGAL NAFAS



 GAGAL NAFAS
 

OLEH 
FREDI IRAWAN
STIKes MEDISTRA LUBUK PAKAM

 


BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
          Gagal nafas masih merupakan masalah yang besar di Indonesia dimana data terakhir yang didapatkan pada tahun 2010, angka kejadian penderita gagal nafas adalah sebesar 1,67 juta orang yang terdiri dari : 63,2% pria, 36,8% wanita, dan angka kematian 13,7 %.(IDAI,2011)
Gagal nafas adalah ketidakmampuan sistem pernafasan untuk mempertahankan oksigenasi darah normal (PaO2), eliminasi karbon dioksida (PaCO2) dan pH yang adekuat disebabkanoleh masalah ventilasi difusi atau perfusi.Gagal nafas adalah petukaran gas yang tidak adekuat sehingga terjadi hipoksemia,hiperkapnia,dan asidosis.(Arif Muttaqin 2008,hal 214)

Gagal nafas adalah ketidakmampuan sistem pernafasan untuk mempertahankan oksigenasi darah normal (PaO2), eliminasi karbon dioksida (PaCO2) dan pH yang adekuat disebabkanoleh masalah ventilasi difusi atau perfusi (Susan Martin T, 1997)
Gagal nafas adalah kegagalan sistem pernafasan untuk mempertahankan pertukaran oksigen dankarbondioksida dalam jumlah yangdapat mengakibatkan gangguan pada kehidupan (RS Jantung “Harapan Kita”, 2001)
Gagal nafas terjadi bilamana pertukaran oksigen terhadap karbondioksida dalam paru-paru tidak dapat memelihara laju komsumsioksigen dan pembentukan karbon dioksida dalam sel-sel tubuh. Sehingga menyebabkan tegangan oksigen kurang dari 50 mmHg (Hipoksemia) dan peningkatan tekanan karbondioksida lebih besar dari 45 mmHg (hiperkapnia). (Brunner & Sudarth, 2001)
Dengan mamandang masih tingginya angka kejadian gagal nafas di Indonesia yaitu sebesar 1,67 juta penderita, maka penulis merasa perlu membahas tentang penyebab, gajala yang ditimbulkan, dan penanggulangan yang tepat.

I.2. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :

       I.2.1. Tujuan Umum
Sebagai bahan referensi tambahan tentang Asuhan Keperawatan Pada Pasien Penderita Gagal Nafas bagi mahasiswa/I STIKes Medistra Lubuk Pakam.
      I.2.2. Tujuan Khusus
Sebagai bahan diskusi bersama diruang kuliah PSIK IV, dan sebagai nilai tugas praktikum mata kuliah Keperawatan Kesehatan Anak I.

I.3. Permasalahan
Adapun yang menjadi permasalahan dalam kasus ini adalah :
a.       Bagaimanakah etilogi, patofisiologi serta tanda dan gejala pasien gagal nafas?
b.      Bagaimanakah cara pengobatan dari diagnose gagal nafas tersebut?
c.       Bagaimanakah Asuhan Keperawatan yang tepat pada kasus pasien penderita gagal nafas?

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gagal nafas adalah ketidakmampuan sistem pernafasan untuk mempertahankan oksigenasi darah normal (PaO2), eliminasi karbon dioksida (PaCO2) dan pH yang adekuat disebabkanoleh masalah ventilasi difusi atau perfusi.Gagal nafas adalah petukaran gas yang tidak adekuat sehingga terjadi hipoksemia,hiperkapnia,dan asidosis.(Arif Muttaqin 2008,hal 214)

Gagal nafas adalah ketidakmampuan sistem pernafasan untuk mempertahankan oksigenasi darah normal (PaO2), eliminasi karbon dioksida (PaCO2) dan pH yang adekuat disebabkanoleh masalah ventilasi difusi atau perfusi (Susan Martin T, 1997)
Gagal nafas adalah kegagalan sistem pernafasan untuk mempertahankan pertukaran oksigen dankarbondioksida dalam jumlah yangdapat mengakibatkan gangguan pada kehidupan (RS Jantung “Harapan Kita”, 2001)
Gagal nafas terjadi bilamana pertukaran oksigen terhadap karbondioksida dalam paru-paru tidak dapat memelihara laju komsumsioksigen dan pembentukan karbon dioksida dalam sel-sel tubuh. Sehingga menyebabkan tegangan oksigen kurang dari 50 mmHg (Hipoksemia) dan peningkatan tekanan karbondioksida lebih besar dari 45 mmHg (hiperkapnia). (Brunner & Sudarth, 2001)




BAB III
PEMBAHASAN
A.    Bagaimanakah etilogi, patofisiologi serta tanda dan gejala pasien gagal nafas?

1.    Etiologi
a.       Depresi Sistem saraf pusat
Mengakibatkan gagal nafas karena ventilasi tidak adekuat. Pusat pernafasan yang menngendalikan pernapasan, terletak dibawah batang otak (pons dan medulla) sehingga pernafasan lambat dan dangkal.
b.      Kelainan neurologis primer
Akan memperngaruhi fungsi pernapasan. Impuls yang timbul dalam pusat pernafasan menjalar melalui saraf yang membentang dari batang otak terus ke saraf spinal ke reseptor pada otot-otot pernafasan. Penyakit pada saraf seperti gangguan medulla spinalis, otot-otot pernapasan atau pertemuan neuromuslular yang terjadi pada pernapasan akan sangatmempengaruhiventilasi.
c.       Efusi pleura, hemotoraks dan pneumothoraks
Merupakan kondisi yang mengganggu ventilasi melalui penghambatan ekspansi paru. Kondisi ini biasanya diakibatkan penyakti paru yang mendasari, penyakit pleura atau trauma dan cedera dan dapat menyebabkan gagal nafas.
d.      Trauma
Disebabkan oleh kendaraan bermotor dapat menjadi penyebab gagal nafas. Kecelakaan yang mengakibatkan cidera kepala, ketidaksadaran dan perdarahan dari hidung dan mulut dapat mnegarah pada obstruksi jalan nafas atas dan depresi pernapasan. Hemothoraks, pnemothoraks dan fraktur tulang iga dapat terjadi dan mungkin meyebabkan gagal nafas. Flail chest dapat terjadi dan dapat mengarah pada gagal nafas. Pengobatannya adalah untuk memperbaiki patologi yang mendasar

e.       Penyakit akut paru
Pnemonia disebabkan oleh bakteri dan virus. Pnemonia kimiawi atau pnemonia diakibatkan oleh mengaspirasi uap yang mengritasi dan materi lambung yang bersifat asam. Asma bronkial, atelektasis, embolisme paru dan edema paru adalah beberapa kondisi lain yang menyababkan gagal nafas.
f.       Penyebab sentral
1. Trauma kepala : contusio cerebri
2. Radang otak : encephalitis
3. Gangguan vaskuler : perdarahan otak , infark otak
4. Obat-obatan : narkotika, anestesi
g.      Penyebab perifer
1.    Kelainan neuromuskuler : GBS, tetanus, trauma cervical, muscle relaxans
2.    Kelainan jalan nafas : obstruksi jalan nafas, asma bronchiale
3.    Kelainan di paru : edema paru, atelektasis, ARDS
4.    Kelainan tulang iga/thoraks: fraktur costae, pneumo thorax, haematothoraks
5.    Kelainan jantung : kegagalan jantung kiri

2.    Patofisiologi
      Gagal nafas ada dua macam yaitu gagal nafas akut dan gagal nafas kronik dimana masing masing mempunyai pengertian yang bebrbeda. Gagal nafas akut adalah gagal nafas yang timbul pada pasien yang parunya normal secara struktural maupun fungsional sebelum awitan penyakit timbul. Sedangkan gagal nafas kronik adalah terjadi pada pasien dengan penyakit paru kronik seperti bronkitis kronik, emfisema dan penyakit paru hitam (penyakit penambang batubara).Pasien mengalalmi toleransi terhadap hipoksia dan hiperkapnia yang memburuk secara bertahap. Setelah gagal nafas akut biasanya paru-paru kembali kekeasaan asalnya. Pada gagal nafas kronik struktur paru alami kerusakan yang ireversibel.
Indikator gagal nafas telah frekuensi pernafasan dan kapasitas vital, frekuensi penapasan normal ialah 16-20 x/mnt. Bila lebih dari20x/mnt tindakan yang dilakukan memberi bantuan ventilator karena “kerja pernafasan” menjadi tinggi sehingga timbul kelelahan. Kapasitasvital adalah ukuran ventilasi (normal 10-20 ml/kg).
Gagal nafas penyebab terpenting adalah ventilasi yang tidak adekuat dimana terjadi obstruksi jalan nafas atas. Pusat pernafasan yang mengendalikan pernapasan terletak di bawah batang otak (pons dan medulla). Pada kasus pasien dengan anestesi, cidera kepala, stroke, tumor otak, ensefalitis, meningitis, hipoksia dan hiperkapnia mempunyai kemampuan menekan pusat pernafasan. Sehingga pernafasan menjadi lambat dan dangkal. Pada periode postoperatif dengan anestesi bisa terjadi pernafasan tidak adekuat karena terdapat agen menekan pernafasan denganefek yang dikeluarkanatau dengan meningkatkan efek dari analgetik opiood. Pnemonia atau dengan penyakit paru-paru dapat mengarah ke gagal nafas akut.
Pada pernafasan spontan inspirasi terjadi karena diafragma dan otot intercostalis berkontraksi, rongga dada mengembang dan terjadi tekanan negatif sehingga aliran udara masuk ke paru, sedangkan fase ekspirasi berjalan secara pasif .

Pada pernafasan dengan ventilasi mekanik, ventilator mengirimkan udara dengan memompakan ke paru pasien, sehingga tekanan selama inspirasi adalah positif dan menyebabkan tekanan intra thorakal meningkat. Pada akhir inspirasi tekanan dalam rongga thoraks paling positif.



3.    Tanda dan Gejala
a.       Tanda
1.      Gagal nafas total
·         Aliran udara di mulut, hidung tidak dapat didengar/dirasakan.
·         Pada gerakan nafas spontan terlihat retraksi supra klavikuladan sela iga  ada pengembangan dada pada inspirasi
·         Adanya kesulitasn inflasi parudalam usaha memberikan ventilasi buatan
2.      Gagal nafas parsial
·         Terdengar suara nafas tambahan gargling, snoring, Growing dan whizing.
·         Ada retraksi dada

b.      Gejala
1.      Hiperkapnia yaitu penurunan kesadaran (PCO2)
2.      Hipoksemia yaitu takikardia, gelisah, berkeringat atau sianosis (PO2 menurun)

4        PEMERIKSAAN PENUNJANG
a.       Pemerikasan gas-gas darah arteri
1.      Hipoksemia
·         Ringan : PaO2 < 80 mmHg
·         Sedang : PaO2 < 60 mmHg
·         Berat : PaO2 < 40 mmHg
b.      Pemeriksaan rontgen dada
Melihat keadaan patologik dan atau kemajuan proses penyakit yang tidak diketahui
c.       Hemodinamik
Tipe I : peningkatan PCWP
d.      EKG
Mungkin memperlihatkan bukti-bukti regangan jantung di sisi kanan
e.       Disritmia
B.     Bagaimanakah cara pengobatan dari diagnose gagal nafas tersebut?
1.      Terapi oksigen
Pemberian oksigen kecepatan rendah : masker Venturi atau nasal prong
2.      Ventilator mekanik dengan tekanan jalan nafas positif kontinu (CPAP) atau PEEP
3.      Inhalasi nebuliser
4.      Fisioterapi dada
5.      Pemantauan hemodinamik/jantung
6.      Pengobatan
·         Brokodilator
·         Steroid
7.      Dukungan nutrisi sesuai kebutuhan
8.      Prinsip penanganan Gagal Nafas
·        Sekret yang tidak tertahan (batuk tidak efektif) : Hidrasi yang memadai,ekspektoran,aerosol,batuk yang dibantu,aspirasi dengan kateter,penyedotan bronkoskopi,aspirasi dengan selang endotrakeal.
·        Hipoksemia : therapi oksigen yang bertahap dengan pemantauan gas darh yang sering.
·        Hiperkapnia : Rangsangan respiratorik (overdosis obat),hindari sedasi,ventilasi buatan melalui selang ET.
·        Infeksi saluran nafas : Antibiotik,diberikan sebaiknya setelah diperoleh hasil kultur dan uji kepekaan terhadap kuman penyebab.
·        Bronkospasme : Obat-obatan bronkodilator.

C.    Bagaimanakah Asuhan Keperawatan yang tepat pada kasus pasien penderita gagal nafas?
              I.          PENGKAJIAN
Pengkajian Primer
1.      Airway
·         Peningkatan sekresi pernapasan
·         Bunyi nafas krekels, ronki dan mengi

2.      Breathing
·         Distress pernapasan : pernapasan cuping hidung, takipneu/bradipneu, retraksi.
·         Menggunakan otot aksesori pernapasan
·         Kesulitan bernafas : lapar udara, diaforesis, sianosis
3.      Circulation
·         Penurunan curah jantung : gelisah, letargi, takikardia
·         Sakit kepala
·         Gangguan tingkat kesadaran : ansietas, gelisah, kacau mental, mengantuk
·         Papiledema
·         Penurunan haluaran urine

      II.            DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.      Pola nafas tidak efektif b.d. penurunan ekspansi paru
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien dapat mempertahankan pola pernapasan yang efektif
Kriteria Hasil :
Pasien menunjukkan
·         Frekuensi, irama dan kedalaman pernapasan normal
·         Adanya penurunan dispneu
·         Gas-gas darah dalam batas normal
Intervensi :
·         Kaji frekuensi, kedalaman dan kualitas pernapasan serta pola pernapasan.
·         Kaji tanda vital dan tingkat kesasdaran setaiap jam dan prn
·         Monitor pemberian trakeostomi bila PaCo2 50 mmHg atau PaO2< 60 mmHg
·         Berikan oksigen dalam bantuan ventilasi dan humidifier sesuai dengan pesanan
·         Pantau dan catat gas-gas darah sesuai indikasi : kaji kecenderungan kenaikan PaCO2 atau kecendurungan penurunan PaO2
·         Auskultasi dada untuk mendengarkan bunyi nafas setiap 1 jam
·         Pertahankan tirah baring dengan kepala tempat tidur ditinggikan 30 sampai 45 derajat untuk mengoptimalkan pernapasan
·         Berikan dorongan utnuk batuk dan napas dalam, bantu pasien untuk mebebat dada selama batuk
·         Instruksikan pasien untuk melakukan pernapasan diagfragma atau bibir
·         Berikan bantuan ventilasi mekanik bila PaCO > 60 mmHg. PaO2 dan PCO2 meningkat dengan frekuensi 5 mmHg/jam. PaO2 tidak dapat dipertahankan pada 60 mmHg atau lebih, atau pasien memperlihatkan keletihan atau depresi mental atau sekresi menjadi sulit untuk diatasi.

2.      Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan abnormalitas ventilasi-perfusi sekunder terhadap hipoventilasi
Tujuan :
Setelah diberikan tindakan keperawatan pasien dapat mempertahankan pertukaran gas yang adekuat
Kriteria Hasil :
Pasien mampu menunjukkan :
·         Bunyi paru bersih
·         Warna kulit normal
·         Gas-gas darah dalam batas normal untuk usia yang diperkirakan
Intervensi :
·         Kaji terhadap tanda dan gejala hipoksia dan hiperkapnia
·         Kaji TD, nadi apikal dan tingkat kesadaran setiap jam dan prn, laporkan perubahan tinmgkat kesadaran pada dokter.
·         Pantau dan catat pemeriksaan gas darah, kaji adanya kecenderungan kenaikan dalam PaCO2 atau penurunan dalam PaO2
·         Bantu dengan pemberian ventilasi mekanik sesuai indikasi, kaji perlunya CPAP atau PEEP.
·         Auskultasi dada untuk mendengarkan bunyi nafas setiap jam
·         Tinjau kembali pemeriksaan sinar X dada harian, perhatikan peningkatan atau penyimpangan
·         Pantau irama jantung
·         Berikan cairan parenteral sesuai pesanan
·         Berikan obat-obatan sesuai pesanan : bronkodilator, antibiotik, steroid.
·         Evaluasi AKS dalam hubungannya dengan penurunan kebutuhan oksigen.

3.      Kelebihan volume cairan b.d. edema pulmo
Tujuan :
Setelah diberikan tindakan perawatan pasien tidak terjadi kelebihan volume cairan
Kriteria Hasil :
Pasien mampu menunjukkan:
·         TTV normal
·         Balance cairan dalam batas normal
·         Tidak terjadi edema
Intervensi :
·         Timbang BB tiap hari
·         Monitor input dan output pasien tiap 1 jam
·         Kaji tanda dan gejala penurunan curah jantung
·         Kaji tanda-tanda kelebihan volume : edema, BB , CVP
·         Monitor parameter hemodinamik
·         Kolaburasi untuk pemberian cairandan elektrolit
4.      Gangguan perfusi jaringan b.d. penurunan curah jantung
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien mampu mempertahankan perfusi jaringan.
Kriteria Hasil :
Pasien mampu menunjukkan :
·         Status hemodinamik dalam bata normal
·         TTV normal
Intervensi :
·         Kaji tingkat kesadaran
·         Kaji penurunan perfusi jaringan
·         Kaji status hemodinamik
·         Kaji irama EKG
·         Kaji sistem gastrointestinal
·          
5.      Ketidak efektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi sekret
Tujuan :
Klien akan memperlihatkan kemampuan meningkatkan dan mempertahankan keefektifan  jalan nafas
Kriteria hasil :
·         Bunyi nafas bersih
·         Ronchi (-)
·         Tracheal tube bebas sumbatan
Intervensi
Rasional
1.      Auskultasi bunyi nafas tiap 2-4 jam atau bila diperlukan
2.      Lakukan penghisapan bila terdengar ronchi dengan cara :
a.       Jelaskan pada klien tentang tujuan dari tindakan penghisapan
b.      Berikan oksigenasi dengan O2 100 % sebelum dilakukan penghisapan, minimal  4 – 5 x pernafasan
c.       Perhatikan teknik aseptik, gunakan sarung tangan steril, kateter penghisap steril
d.      Masukkan kateter ke dalam selang ETT dalam keadaan tidak menghisap, lama penghisapan tidak lebih 10 detik
e.       Atur tekana penghisap tidak lebih 100-120 mmHg
f.       Lakukan oksigenasi lagi dengan O2 100% sebelum melakukan penghisapan berikutnya
g.      Lakukan penghisapan berulang-ulang sampai suara nafas bersih

3.      Pertahankan suhu humidifier tetap hangat ( 35 – 37,8 C)
Mengevaluasi keefektifan bersihan jalan nafas
Meningkatkan pengertian sehingga memudahkan klien berpartisipasi
Memberi cadangan oksigen untuk menghindari hypoxia

Mencegah infeksi nosokomial

Aspirasi lama dapat menyebabkan hypoksiakarena tindakan penghisapan akan mengeluarkan sekret dan oksigen
Tekanan negatif yang berlebihan dapat merusak mukosa jalan nafas
Memberikan cadangan oksigen dalam paru
Menjamin kefektifan jalan nafas

Membantu mengencerkan sekret


6.      Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan sekresi tertahan,proses penyakit, pengesetan ventilator yang tidak tepat
Tujuan :
Klien akan memperlihatkan kemampuan pertukaran gas yang kembali normal
Kriteria hasil :
Hasil analisa gas darah normal :
·         PH (7,35 – 7,45)
·         PO2 (80 – 100 mmHg)
·         PCO2 ( 35 – 45 mmHg)
·         BE ( -2 - +2)
·         Tidak cyanosis

Intervensi
Rasional
1.      Cek analisa gas darah setiap 10 –30 mnt setelah perubahan setting ventilator

2.      Monitor hasil analisa gas darah atau oksimetri selama periode penyapihan

3.      Pertahankan jalan nafas bebas dari sekresi


4.      Monitor tanda dan gejala hipoksia
Evaluasi keefektifan setting ventilator yang diberikan
Evaluasi kemampuan bernafas klien
Sekresi menghambat kelancaran udara nafas
Deteksi dini adanya kelainan


7.      Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan kelelahan, pengesetan ventilator yang tidak tepat, peningkatan sekresi, obstruksi ETT
Tujuan : Klien akan mempertahankan pola nafas yang efektif
Kriteria hasil :
·         Nafas sesuai dengan irama ventilator
·         Volume nafas adekuat
·         Alarm tidak berbunyi 
Intervensi
Rasional
1.      Lakukan pemeriksaan ventilator tiap 1-2 jam

2.      Evaluasi semua alarm dan tentukan penyebabnya


3.      Pertahankan alat resusitasi manual (bag & mask) pada posisi tempat tidur sepanjang waktu

4.      Monitor slang/cubbing ventilator dari terlepas, terlipat, bocor atau tersumbat
5.      Evaluasi tekanan atau kebocoran balon cuff

6.      Masukkan penahan gigi (pada pemasangan ETT lewat oral)

7.      Amankan slang ETT dengan fiksasi yang baik
8.     Monitor suara nafas dan pergerakan ada secara teratur
Deteksi dini adanya kelainan atau gangguan fungsi ventilator
Bunyi alarm menunjukkan adanya gangguan fungsi ventilator
Mempermudah melakukan pertolongan bila sewaktu-waktu ada gangguan fungsi ventilator

Mencegah berkurangnya aliran udara nafas

Mencegah berkurangnya aliran udara nafas
Mencegah tergigitnya slang ETT
Mencegah terlepasnya /tercabutnya slang ETT
Evaluasi keefektifan pola nafas

BAB IV
PENUTUP
a.      Kesimpulan
1.      Etiologi
a.       Depresi Sistem saraf pusat
b.      Kelainan neurologis primer
c.       Efusi pleura, hemotoraks dan pneumothoraks
d.      Trauma
e.       Penyakit akut paru
f.       Penyebab sentral
g.     Penyebab perifer
2.      Patofisiologi
      Gagal nafas ada dua macam yaitu gagal nafas akut dan gagal nafas kronik
3.      Tanda dan Gejala
a.       Tanda
1.      Gagal nafas total
2.      Gagal nafas parsial
b.      Gejala
1.      Hiperkapnia yaitu penurunan kesadaran (PCO2)
2.      Hipoksemia yaitu takikardia, gelisah, berkeringat atau sianosis (PO2 menurun)
4        cara pengobatan dari diagnose gagal nafas
a.       Terapi oksigen
b.      Ventilator mekanik dengan tekanan jalan nafas positif kontinu (CPAP) atau PEEP
c.       Inhalasi nebulizer
d.      Fisioterapi dada
e.       Pemantauan hemodinamik/jantung
f.       Pengobatan
·         Brokodilator
·         Steroid
g.      Dukungan nutrisi sesuai kebutuhan

h.      Prinsip penanganan Gagal Nafas
·         Sekret yang tidak tertahan (batuk tidak efektif)
·         Hipoksemia
·         Hiperkapnia
·         Infeksi saluran nafas
·         Bronkospasme

4.      Asuhan Keperawatan yang tepat pada kasus pasien penderita gagal nafas
a.      DIAGNOSA KEPERAWATAN
8.      Pola nafas tidak efektif b.d. penurunan ekspansi paru
9.      Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan abnormalitas ventilasi-perfusi sekunder terhadap hipoventilasi
10.  Kelebihan volume cairan b.d. edema pulmo
11.  Gangguan perfusi jaringan b.d. penurunan curah jantung
12.  Ketidak efektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi sekret
13.  Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan sekresi tertahan,proses penyakit, pengesetan ventilator yang tidak tepat
14.  Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan kelelahan, pengesetan ventilator yang tidak tepat, peningkatan sekresi, obstruksi ETT

a.      Saran
1.      Penanganan terhadap penderita sebaiknya dilakukan dengan cepat sebelum dapat menyebabkan kematian
2.      Pada penderita yang sudah mengalami gagal nafas sebaiknya segera lakukan pemeriksaan
a.       Pemerikasan gas-gas darah arteri
Ø  Hipoksemia
·         Ringan : PaO2 < 80 mmHg
·         Sedang : PaO2 < 60 mmHg
·         Berat : PaO2 < 40 mmHg
b.      Pemeriksaan rontgen dada
Melihat keadaan patologik dan atau kemajuan proses penyakit yang tidak diketahui
c.       Hemodinamik
Tipe I : peningkatan PCWP
d.      EKG
Mungkin memperlihatkan bukti-bukti regangan jantung di sisi kanan
e.       Disritmia
f.       Untuk mencegah kasus ini setiap orang sebaiknya dianjurkan untuk tetap menjaga kesehatan sistem pernafasan dan bekerja dan beraktifitas dengan ergonomis untuk mencegah terjadinya trauma










DAFTAR PUSTAKA
1.      Hudak and Gallo, (1994), Critical Care Nursing, A Holistic Approach, JB Lippincott company, Philadelpia.
2.      Marilynn E Doengoes, et all, alih bahasa Kariasa IM, (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien, EGC, Jakarta.
3.      Reksoprodjo Soelarto, (1995), Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah, Binarupa Aksara, Jakarta.
4.      Suddarth Doris Smith, (1991), The lippincott Manual of Nursing Practice, fifth edition, JB Lippincott Company, Philadelphia.
5.      Carpenito, Lynda Juall (2000), Buku saku Diagnosa Keperawatan,  Edisi 8, EGC, Jakarta

6.      Corwin, Elizabeth J, (2001), Buku saku Patofisiologi, Edisi bahasa Indonesia, EGC, Jakarta

7.      Doengoes, E. Marilyn (1989), Nursing Care Plans, Second Edition, FA Davis, Philadelphia

8.      Suprihatin, Titin (2000), Bahan Kuliah Keperawatan Gawat Darurat PSIK Angkatan I, Universitas Airlangga, Surabaya