salju

Minggu, 27 April 2014

MAKALA CACINGAN



MAKALA CACINGAN
PADA ANAK

 FREDI IRAWAN

STIKes MEDISTRA LUBUK PAKAM

TA:2013-2014
  


BAB I
PENDAHULUAN

I.      LatarBelakang
Penelitian menunjukkan bahwa 90% anak Indonesia mengidap cacingan. Meskipun demikian, penyakit cacingan ini masih sering dianggap sebagai angin lalu tidak hanya oleh masyarakat tetapi juga pemerintah. Padahal, cacingan dapat mengakibatkan menurunnya kondisi  kesehatan, gizi, dan kecerdasan penderitanya sehingga dipandang sangat merugikan, karena menyebabkan kehilangan karbohidrat dan protein serta kehilangan darah.
Hal ini tentu saja dapat menurunkan kualitas sumber daya manusia. Melihat berbagai akibat yang ditimbulkan oleh penyakit ini, tentu saja cacingan dapat dikategorikan sebagai salah satu masalah kesehatan yang cukup mengkhawatirkan dan memerlukan penanganan yang serius. Hal ini terutama karena sebagian besar penderitanya adalah anak – anak atau balita, yang masih dalam masa pertumbuhan.   Selain itu, keadaan lingkungan dan kebersihan perseorangan juga sangat mempengaruhi penyebaran penyakit ini.
Berkaitan dengan hal tersebut, diperlukan suatu upaya bersama dan juga kesadaran untuk menanggulangi penyakit ini. Dengan adanya penyuluhan ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran serta pemahaman mengenai penyakit cacingan sebagai salah satu masalah kesehatan yang serius, diharapkan dapat menurunkan jumlah penderita penyakit ini, khususnya bagi balita atau anak – anak. Cacing yang sering menyerang manusia adalah cacing kremi, cacing tambang, dan cacing gelang. Banyaknya penyakit cacingan juga dapat menunjukkan keadaan sosial yang buruk.

II.   Tujuan
Memberi informasi tentang penyakit cacingan kepada orng tua, agar para orang tua dapat memahami akan bahayanya penyakit ini, sehingga mereka dapat menghindari, mencegah serta menanggulangi hal-hal  yang dapat menimbulkan gejala-gejala penyakit cacingan.

III.   Rumusan Masalah
       Dalam penyuluhan kali ini, hal yang akan dibahas mengenai :
1.       Pengertian penyakit cacingan
2.       Perjalanan hidup cacing
3.       Penyebab terjadinya  dan  penularan  penyakit  cacingan
4.       Gejala penyakit cacingan
5.       Pencegahan penyakit cacingan
6.       Akibat  penyakit  cacingan
7.       Pengobatan penyakit cacingan

IV. Metode
1.     Ceramah
2.     Sesi tanya jawab


BAB II
ISI
I.              Pengertian penyakit cacingan
Cacingan merupakan penyakit khas daerah tropis dan sub-tropis, dan biasanya meningkat ketika musim hujan. Pada saat tersebut, sungai dan kakus meluap, dan larva cacing menyebar ke berbagai sudut yang sangat mungkin bersentuhan dan masuk ke dalam tubuh manusia. Larva cacing yang masuk ke dalam tubuh perlu waktu 1-3 minggu untuk berkembang. Cacing yang biasa “menyerbu” tubuh manusia adalah cacing tambang, cacing gelang, dan cacing kremi.

II.              Perjalanan hidup cacing
Sebelum membahas perjalanan cacing di tubuh manusia, akan dijelaskan bentuk dari cacing – caicng yang sering masuk ke tubuh manusia. Cacing gelang berukuran 20 hingga 40 centimeter, cacing betina mampu bertelur 200.000 butir sehari. Organ tubuh yang diserang adalah otak, hati, dan usus buntu. Cacing cambuk berukuran 4-5 centimeter, mampu bertelur 5.000 butir sehari dan senang menghisap darah. Oleh karena itu penderita yang terinfeksi cacing ini akan kehilangan darah 0.005 centimeter cubik (cc) per hari. Cacing tambang berukuran 1 centimeter, mampu bertelur 10.000 sehari. Cacing ini pun dapat menghisap darah.

1.  Cacing Gelang (Ascaris lumbricoides)
Manusia merupakan satu-satunya hospes (tempat hidup) cacing ini. Cacing jantan berukuran 10 – 30 cm, sedangkan betina 22 – 35 cm, pada stadium dewasa hidup di rongga usus halus, cacing betina dapat bertelur sampai 100.000 – 200.000 butir sehari, terdiri dari telur yang dibuahi dan telur  yang tidak dibuahi. Dalam lingkungan yang sesuai, telur yang dibuahi tumbuh menjadi bentuk infektif dalam waktu kurang lebih 3 minggu. Bentuk infektif ini bila tertelan manusia, akan menetas menjadi larva di usus halus, larva tersebut menembus dinding usus menuju pembuluh darah atau saluran limfa dan dialirkan ke jantung lalu mengikuti aliran darah ke paru-paru menembus dinding pembuluh darah, lalu melalui dinding alveolus masuk rongga alveolus, kemudian naik ke trachea melalui bronchiolus dan broncus. Dari trachea larva menuju ke faring, sehingga menimbulkan rangsangan batuk, kemudian tertelan masuk ke dalam esofagus lalu menuju ke usus halus, tumbuh menjadi cacing dewasa. Proses tersebut memerlukan waktu kurang lebih 2 bulan sejak tertelan sampai menjadi cacing dewasa
2.  Cacing Tambang
Cacing tambang Hospes parasit ini adalah manusia, Cacing dewasa hidup di rongga usus halus dengan giginya melekat pada mucosa usus. Cacing betina menghasilkan 9.000 – 10.000 butir telur sehari. Cacing betina mempunyai panjang sekitar 1 cm, cacing jantan kira-kira 0,8 cm, cacing dewasa berbentuk seperti huruf S atau C dan di dalam mulutnya ada sepasang gigi. Daur hidup cacing tambang adalah sebagai berikut, telur cacing akan keluar  bersama tinja, setelah 1 – 1,5 hari dalam tanah, telur tersebut menetas menjadi larva rabditiform. Dalam waktu sekitar 3 hari  larva tumbuh menjadi larva filariform yang dapat menembus kulit dan dapat bertahan hidup 7–8 minggu di tanah. Setelah menembus kulit, larva ikut aliran darah ke jantung terus ke paru-paru. Di paru-paru menembus pembuluh darah masuk ke bronchus lalu ke trachea dan laring. Dari laring, larva ikut tertelan dan masuk ke dalam usus halus dan menjadi cacing dewasa. Infeksi terjadi bila larva filariform menembus kulit atau ikut tertelan bersama makanan.
3.  Cacing Cambuk
Manusia merupakan hospes cacing ini. Cacing betina panjangnya sekitar 5 cm dan yang jantan sekitar 4 cm. Cacing dewasa hidup di kolon asendens dengan bagian anteriornya masuk ke dalam mukosa usus. Satu ekor cacing betina diperkirakan menghasilkan telur sehari sekitar 3.000 – 5.000 butir. Telur yang dibuahi dikelurkan dari hospes bersama tinja, telur menjadi matang (berisi larva dan infektif) dalam waktu 3 – 6 minggu di dalam tanah yang lembab dan teduh. Cara infeksi langsung terjadi bila telur yang matang tertelan oleh manusia (hospes), kemudian larva akan keluar dari telur dan masuk ke dalam usus halus sesudah menjadi dewasa cacing turun ke usus bagian distal dan masuk ke kolon asendens dan sekum. Masa pertumbuhan mulai tertelan sampai menjadi cacing dewasa betina dan siap bertelur sekitar 30 – 90 hari.  

III.              Penyebab terjadinya  dan  penularan  penyakit  cacingan
a.  Kebersihan  lingkungan
Di Indonesia seharusnya tidak lagi menggunakan septictank untuk keperluan buang air besar. Ketika seorang anak yang cacingan buang air besar di lantai, maka telur atau sporanya bisa tahan berhari-hari, meskipun sudah dipel. Sebelum dapat rumah, larva tidak akan keluar (menetas). Begitu masuk ke usus, baru ia akan keluar. Telur cacing keluar dari perut manusia bersama feses. Jika limbah manusia itu dialirkan ke sungai atau got, maka setiap tetes air akan terkontaminasi telur cacing. Meskipun seseorang buang air besar di WC, ia tetap saja bisa menyebarkan telur ini bila kakusnya meluber saat musim banjir.
b. Kebiasaan yang buruk
Telur lainnya terbang ke tempat-tempat yang sering dipegang tangan manusia. Lewat interaksi sehari-hari, mereka bisa berpindah dari satu tangan ke tangan lain. Mereka akan masuk ke dalam perut jika biasa makan tanpa cuci tangan. Jika orang-orang selalu menggaruk-garuk lubang pantatnya saat sedang tidur, bisa jadi ia terserang cacing kremi. Saat digaruk, telur-telur ini bersembunyi di jari dan kukunya. Sebagian lagi menempel di seprei, bantal, guling, dan pakaiannya. Lewat kontak langsung, telur menular ke orang-orang yang tinggal serumah dengannya. Lalu, siklus cacingan pun dimulai lagi.

c. Makanan yang tercemar oleh larva cacing.
Jika air yang telah tercemar dipakai untuk menyirami tanaman atau aspal jalan, telur-telur itu naik ke darat. Begitu air mengering, mereka menempel pada butiran debu. Saking kecilnya telur-telur itu tak akan pecah, meskipun dilindas ban mobil atau sepeda motor. Bersama debu, telur itu tertiup angin, lalu mencemari gorengan atau es doger yang dijual terbuka di pinggir-pinggir jalan. Karena menular lewat makanan, korban cacingan umumnya anak-anak yang biasa jajan di pinggir jalan. Mereka juga bisa menelan telur cacing dari sayuran mentah yang dicuci kurang bersih. Misalnya, hanya dicelup-celup di baskom tanpa dibilas dengan air mengalir. Buang air besar sembarangan juga berbahaya. Prosesnya kotoran yang mengandung telur cacing mencemari tanah lalu telur cacing menempel di tangan atau kuku lalu masuk ke mulut bersama makanan. Kotoran yang dikerumuni lalat kemudian lalat hinggap di makanan, juga bisa masuk melalui mulut.

d. Tanah yang mengandung larva cacing
Tanah yang mengandung larva cacing dan masuk melalui pori-pori tubuh. Selain melalui makanan yang tercemar oleh larva cacing, cacing juga masuk ke tubuh manusia melalui kulit (pori-pori). Dari tanah, misalnya lewat kaki anak telanjang yang menginjak larva atau telur. Bisa juga larva cacing masuk melalui pori-pori, yang biasanya ditandai dengan munculnya rasa gatal.

           




IV.          Gejala penyakit cacingan
  1. Gejala Umum
1. Wajah pucat, lesu dan lemas
Lesu dan lemas terjadi akibat kondisi anemia. Anemia ini muncul karena cacing yang berkembang biak memerlukan nutrisi, kemudian mereka mengambil nutrisi dengan menghisap darah
2. Nyeri di perut
Cacingan juga dapat menimbulkan sakit perut, bahkan kondisi ini bisa berkembang menjadi diare. Sebab cacing yang hidup dalam saluran pencernaan terus memakan dan menggerogoti sari-sari makanan. 
3. Berat badan menurun drastis
Orang yang terkena penyakit cacingan seringkali terlihat sangat kurus. Sebab nutrisi yang seharusnya diserap oleh tubuh menjadi makanan cacing.
"Tidak hanya pada anak, tanda ini juga bisa muncul pada orang dewasa. Karena zat gizi di dalam tubuhnya itu diserap oleh cacing, makanya badannya kurus," ujar Prof. dr. Supargiyono, DTM&H., SU., Sp.Par(K), Kepala Bagian Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada, saat dihubungi detikHealth dan ditulis pada Rabu (25/9/2013).

4. Batuk
Beberapa jenis cacing dapat hidup di paru-paru dan menyebabkan batuk yang tak kunjung sembuh. 
    b.Gejala Khusus
1. Cacing Gelang
Sering kembung, mual, dan muntah-muntah. Kehilangan nafsu makan dibarengi diare, akibat ketidakberesan di saluran pencernaan. Pada kasus yang berat, penderita mengalami kekurangan gizi. Cacing gelang yang jumlahnya banyak, akan menggumpal dan berbentuk seperti bola, sehingga menyebabkan terjadinya sumbatan di saluran pencernaan.



2. Cacing Cambuk   
Dapat menimbulkan peradangan di sekitar tempat hidup si cacing, misalnya di membrane usus besar. Pada kondisi ringan, gejala tidak terlalu tampak. Tapi bila sudah parah dapat mengakibatkan diare berkepanjangan. Jika dibiarkan akan mengakibatkan pendarahan usus dan anemia. Peradangan bisa menimbulkan gangguan perut yang hebat, yang  menyebabkan mual, muntah, dan perut kembung.

3.  Cacing Tambang
Cacing tambang menetas di luar tubuh manusia, larvanya masuk kedalam tubuh melalui kulit. Cacing tambang yang hidup menempel di usus halus menghisap darah si penderita. Gejala yang biasa muncul adalah lesu, pucat, dan anemia berat.

4. Cacing Kremi
Telur cacing ini masuk ke dalam tubuh melalui mulut, lalu bersarang di usus besar. Setelah dewasa, cacing berpindah ke anus. Dalam jumlah banyak, cacing ini bisa menimbulkan gatal-gatal di malam hari. Tidak heran bila si kecil nampak rewel akibat gatal-gatal yang tidak dapat ditahan. Olesi daerah anusnya dengan baby oil dan pisahkan semua peralatan yang bisa menjadi media penyebar, seperti handuk, celana, pakaian.




V.   Pencegahan penyakit cacingan
a.  Menjaga Kebersihan Perorangan
1)      Mencuci tangan sebelum makan dan sesudah buang air besar dengan menggunakan air dan sabun.
2)      Potong kuku anak secara teratur. Kuku panjang bisa menjadi tempat bermukim larva cacing.
3)      Ajari anak untuk tidak terbiasa memasukkan tangan ke dalam mulutnya. Selalu pakaikan sandal atau sepatu setiap kali anak bermain di luar rumah.
4)      Bilas sayur mentah dengan air mengalir atau mencelupkannya beberapa detik ke dalam air mendidih.
5)      Juga tidak jajan di sembarang tempat, apalagi jajanan yang terbuka.
6)      Menggunakan air bersih untuk keperluan makan, minum, dan mandi
7)      Mencuci dan memasak makanan dan minuman sebelum dimakan.
8)      Mandi dan membersihkan badan paling sedikit dua kali sehari.
9)      Memakai alas kaki bila berjalan di tanah, dan memakai sarung tangan bila melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan tanah.
10)  Menutup makanan dengan tutup saji untuk mencegah debu dan lalat mencemari makanan tersebut.

b.Menjaga Kebersihan Lingkungan
Ø  Membuang tinja di jamban agar tidak mengotori lingkungan.
Ø  Jangan membuang tinja, sampah atau kotoran di   sungai.
Ø  tidak menyiram jalanan dengan air got
Ø  Mengusahakan pengaturan pembuangan air kotor.
Ø  Membuang sampah pada tempatnya untuk  menghindari lalat dan lipas.
Ø  Menjaga kebersihan rumah dan lingkungannya.

VI.              Akibat  penyakit  cacingan
Pada kasus ringan cacingan memang tidak menimbulkan gejala nyata, tetapi pada kasus-kasus infeksi berat bisa berakibat fatal. Cacing dapat bermigrasi ke organ lain yang menyebabkan infeksi pada usus dan dapat berakhir pada kematian.
Infeksi usus akibat cacingan, juga berakibat menurunnya status gizi penderita yang menyebabkan daya tahan tubuh menurun sehingga memudahkan terjadinya infeksi penyakit lain termasuk HIV/AIDS, Tuberkulosis dan Malaria.
Dampaknya dapat dilihat dari terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan anak-anak, komplikasi kehamilan, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), kerusakan tubuh secara signifikan hingga kecacatan, kebutaan, stigma sosial, serta produktivitas ekonomi dan pendapatan rumah tangga yang menurun. Bisa juga terjadi “erratic“, yakni, cacing keluar keluar lewat hidung atau mulut.”
Cacingan menyebabkan anemia sehingga membuat anak mudah sakit karena tidak punya daya tahan. Anak juga akan kehilangan berat badan, dan prestasi belajar turun. Dari pertumbuhan fisik yang terhambat, hingga IQ loss (penurunan kemampuan mental). Dalam perjalanannya, anak bisa jadi batuk seperti TBC, berdahak seperti asma.



VII.              Pengobatan penyakit cacingan
Setiap enam bulan sekali pada masa usia tumbuh, yaitu usia 0 sampai sekitar usia 15 tahun, anak diberi obat cacing.” Jangka waktu enam bulan ini untuk memotong siklus kehidupan cacing.atau bisa juga di beri obat herbal yaitu, menggunakan ramuan wortel, Ambillah beberapa wortel, parut dan ambil airnya. Setelah itu campurkan dengan sedikit santan dan sedikit garam. Kemudian minumkan pada anak yang terkena cacingan, ramuan ini efektif untuk membunuh cacing di dalam tubuh. Selain itu juga dapat digunakan pada orang dewasa, dapat juga dengan cara Menggunakan ramuan akar delimaAmbillah beberapa potong akar delima, lalu cuci hingga bersih. Kemudian rebus akar delima tersebut dan minum airnya secara rutin sampai penyakit cacingan sembuh.3. Menggunakan biji pepayaAmbillah biji pepaya sebanyak 30an butir. Setelah itu keringkan pada sinar matahari. Setelah biji pepaya tersebut mengering, tumbuk dan tambahkan dengan segelas air dan madu.



  
BAB III
PENUTUP

I.         Kesimpulan
Cacingan merupakan suatu penyakit yang tidak boleh dianggap remeh.Cacingan dapat mengakibatkan menurunnya kondisi  kesehatan, gizi, dan kecerdasan penderitanya sehingga dipandang sangat merugikan, karena menyebabkan kehilangan karbohidrat dan protein serta kehilangan darah.
Sehingga dapat menurunkan kualitas sumber daya manusia. Cacingan dapat dikategorikan sebagai salah satu masalah kesehatan yang cukup mengkhawatirkan dan memerlukan penanganan yang serius.

II.      Saran
a.       Biasakan anak untuk membersihkan tangan dengan sabun, sebelum makan, seusai makan, atau setelah bermain, khususnya di luar rumah.
b.      Potong kuku anak secara teratur. Kuku panjang bisa menjadi tempat bermukim larva cacingan.
c.       Ajari anak untuk tidak terbiasa memasukkan tangan ke dalam mulutnya.
d.      Selalu pakaikan sandal atau sepatu setiap kali anak bermain di luar rumah.
e.       Jaga kebersihan sanitasi lingkungan, misalnya dengan rajin membersihkan kakus atau septictank.