MAKALA CACINGAN
PADA ANAK
FREDI IRAWAN
STIKes MEDISTRA LUBUK PAKAM
TA:2013-2014
BAB I
PENDAHULUAN
I. LatarBelakang
Penelitian menunjukkan bahwa 90% anak Indonesia mengidap cacingan.
Meskipun demikian, penyakit cacingan ini masih sering dianggap sebagai angin
lalu tidak hanya oleh masyarakat tetapi juga pemerintah. Padahal, cacingan
dapat mengakibatkan menurunnya kondisi kesehatan, gizi, dan kecerdasan
penderitanya sehingga dipandang sangat merugikan, karena menyebabkan kehilangan
karbohidrat dan protein serta kehilangan darah.
Hal ini tentu saja dapat menurunkan kualitas sumber daya manusia. Melihat
berbagai akibat yang ditimbulkan oleh penyakit ini, tentu saja cacingan dapat
dikategorikan sebagai salah satu masalah kesehatan yang cukup mengkhawatirkan
dan memerlukan penanganan yang serius. Hal ini terutama karena sebagian besar penderitanya
adalah anak – anak atau balita, yang masih dalam masa pertumbuhan.
Selain itu, keadaan lingkungan dan kebersihan perseorangan juga sangat
mempengaruhi penyebaran penyakit ini.
Berkaitan dengan hal tersebut, diperlukan suatu upaya bersama dan juga
kesadaran untuk menanggulangi penyakit ini. Dengan adanya penyuluhan ini
diharapkan dapat meningkatkan kesadaran serta pemahaman mengenai penyakit
cacingan sebagai salah satu masalah kesehatan yang serius, diharapkan dapat
menurunkan jumlah penderita penyakit ini, khususnya bagi balita atau anak –
anak. Cacing yang sering menyerang manusia adalah cacing kremi, cacing tambang,
dan cacing gelang. Banyaknya penyakit cacingan juga dapat menunjukkan keadaan
sosial yang buruk.
II. Tujuan
Memberi informasi tentang penyakit cacingan kepada orng tua, agar para
orang tua dapat memahami akan bahayanya penyakit ini, sehingga mereka dapat
menghindari, mencegah serta menanggulangi hal-hal yang dapat menimbulkan
gejala-gejala penyakit cacingan.
III. Rumusan Masalah
Dalam
penyuluhan kali ini, hal yang akan dibahas mengenai :
1. Pengertian penyakit cacingan
2. Perjalanan hidup cacing
3. Penyebab terjadinya
dan penularan penyakit cacingan
4. Gejala penyakit cacingan
5. Pencegahan penyakit cacingan
6. Akibat penyakit
cacingan
7. Pengobatan penyakit cacingan
IV. Metode
1. Ceramah
2. Sesi
tanya jawab
BAB II
ISI
I. Pengertian
penyakit cacingan
Cacingan merupakan penyakit khas daerah tropis dan sub-tropis, dan biasanya
meningkat ketika musim hujan. Pada saat tersebut, sungai dan kakus meluap, dan
larva cacing menyebar ke berbagai sudut yang sangat mungkin bersentuhan dan
masuk ke dalam tubuh manusia. Larva cacing yang masuk ke dalam tubuh perlu
waktu 1-3 minggu untuk berkembang. Cacing yang biasa “menyerbu” tubuh manusia
adalah cacing tambang, cacing gelang, dan cacing kremi.
II. Perjalanan
hidup cacing
Sebelum membahas perjalanan cacing di tubuh manusia, akan dijelaskan bentuk
dari cacing – caicng yang sering masuk ke tubuh manusia. Cacing gelang
berukuran 20 hingga 40 centimeter, cacing betina mampu bertelur 200.000 butir
sehari. Organ tubuh yang diserang adalah otak, hati, dan usus buntu. Cacing
cambuk berukuran 4-5 centimeter, mampu bertelur 5.000 butir sehari dan senang
menghisap darah. Oleh karena itu penderita yang terinfeksi cacing ini akan
kehilangan darah 0.005 centimeter cubik (cc) per hari. Cacing tambang berukuran
1 centimeter, mampu bertelur 10.000 sehari. Cacing ini pun dapat menghisap
darah.
1. Cacing Gelang (Ascaris lumbricoides)
Manusia merupakan satu-satunya hospes (tempat hidup) cacing ini. Cacing
jantan berukuran 10 – 30 cm, sedangkan betina 22 – 35 cm, pada stadium dewasa
hidup di rongga usus halus, cacing betina dapat bertelur sampai 100.000 –
200.000 butir sehari, terdiri dari telur yang dibuahi dan telur yang
tidak dibuahi. Dalam lingkungan yang sesuai, telur yang dibuahi tumbuh menjadi
bentuk infektif dalam waktu kurang lebih 3 minggu. Bentuk infektif ini bila
tertelan manusia, akan menetas menjadi larva di usus halus, larva tersebut
menembus dinding usus menuju pembuluh darah atau saluran limfa dan dialirkan ke
jantung lalu mengikuti aliran darah ke paru-paru menembus dinding pembuluh
darah, lalu melalui dinding alveolus masuk rongga alveolus, kemudian naik ke
trachea melalui bronchiolus dan broncus. Dari trachea larva menuju ke faring,
sehingga menimbulkan rangsangan batuk, kemudian tertelan masuk ke dalam
esofagus lalu menuju ke usus halus, tumbuh menjadi cacing dewasa. Proses
tersebut memerlukan waktu kurang lebih 2 bulan sejak tertelan sampai menjadi
cacing dewasa
2. Cacing Tambang
Cacing tambang Hospes parasit ini adalah manusia, Cacing dewasa hidup di
rongga usus halus dengan giginya melekat pada mucosa usus. Cacing betina
menghasilkan 9.000 – 10.000 butir telur sehari. Cacing betina mempunyai panjang
sekitar 1 cm, cacing jantan kira-kira 0,8 cm, cacing dewasa berbentuk seperti
huruf S atau C dan di dalam mulutnya ada sepasang gigi. Daur hidup cacing
tambang adalah sebagai berikut, telur cacing akan keluar bersama tinja,
setelah 1 – 1,5 hari dalam tanah, telur tersebut menetas menjadi larva
rabditiform. Dalam waktu sekitar 3 hari larva tumbuh menjadi larva
filariform yang dapat menembus kulit dan dapat bertahan hidup 7–8 minggu di
tanah. Setelah menembus kulit, larva ikut aliran darah ke jantung terus ke
paru-paru. Di paru-paru menembus pembuluh darah masuk ke bronchus lalu ke
trachea dan laring. Dari laring, larva ikut tertelan dan masuk ke dalam usus
halus dan menjadi cacing dewasa. Infeksi terjadi bila larva filariform menembus
kulit atau ikut tertelan bersama makanan.
3. Cacing Cambuk
Manusia merupakan hospes cacing ini. Cacing betina panjangnya sekitar 5 cm
dan yang jantan sekitar 4 cm. Cacing dewasa hidup di kolon asendens dengan
bagian anteriornya masuk ke dalam mukosa usus. Satu ekor cacing betina
diperkirakan menghasilkan telur sehari sekitar 3.000 – 5.000 butir. Telur yang
dibuahi dikelurkan dari hospes bersama tinja, telur menjadi matang (berisi
larva dan infektif) dalam waktu 3 – 6 minggu di dalam tanah yang lembab dan
teduh. Cara infeksi langsung terjadi bila telur yang matang tertelan oleh
manusia (hospes), kemudian larva akan keluar dari telur dan masuk ke dalam usus
halus sesudah menjadi dewasa cacing turun ke usus bagian distal dan masuk ke
kolon asendens dan sekum. Masa pertumbuhan mulai tertelan sampai menjadi cacing
dewasa betina dan siap bertelur sekitar 30 – 90 hari.
III. Penyebab
terjadinya dan penularan penyakit cacingan
a. Kebersihan
lingkungan
Di Indonesia seharusnya tidak lagi menggunakan septictank untuk
keperluan buang air besar. Ketika seorang anak yang cacingan buang air besar di
lantai, maka telur atau sporanya bisa tahan berhari-hari, meskipun sudah dipel.
Sebelum dapat rumah, larva tidak akan keluar (menetas). Begitu masuk ke usus,
baru ia akan keluar. Telur cacing keluar dari perut manusia bersama feses. Jika
limbah manusia itu dialirkan ke sungai atau got, maka setiap tetes air akan
terkontaminasi telur cacing. Meskipun seseorang buang air besar di WC, ia tetap
saja bisa menyebarkan telur ini bila kakusnya meluber saat musim banjir.
b. Kebiasaan yang buruk
Telur lainnya terbang ke tempat-tempat yang sering dipegang tangan manusia.
Lewat interaksi sehari-hari, mereka bisa berpindah dari satu tangan ke tangan
lain. Mereka akan masuk ke dalam perut jika biasa makan tanpa cuci tangan. Jika
orang-orang selalu menggaruk-garuk lubang pantatnya saat sedang tidur, bisa
jadi ia terserang cacing kremi. Saat digaruk, telur-telur ini bersembunyi di
jari dan kukunya. Sebagian lagi menempel di seprei, bantal, guling, dan
pakaiannya. Lewat kontak langsung, telur menular ke orang-orang yang tinggal
serumah dengannya. Lalu, siklus cacingan pun dimulai lagi.
c. Makanan yang tercemar oleh larva cacing.
Jika air yang telah tercemar dipakai untuk menyirami tanaman atau aspal
jalan, telur-telur itu naik ke darat. Begitu air mengering, mereka menempel
pada butiran debu. Saking kecilnya telur-telur itu tak akan pecah, meskipun
dilindas ban mobil atau sepeda motor. Bersama debu, telur itu tertiup angin,
lalu mencemari gorengan atau es doger yang dijual terbuka di pinggir-pinggir
jalan. Karena menular lewat makanan, korban cacingan umumnya anak-anak yang biasa
jajan di pinggir jalan. Mereka juga bisa menelan telur cacing dari sayuran
mentah yang dicuci kurang bersih. Misalnya, hanya dicelup-celup di baskom tanpa
dibilas dengan air mengalir. Buang air besar sembarangan juga berbahaya.
Prosesnya kotoran yang mengandung telur cacing mencemari tanah lalu telur
cacing menempel di tangan atau kuku lalu masuk ke mulut bersama makanan.
Kotoran yang dikerumuni lalat kemudian lalat hinggap di makanan, juga bisa
masuk melalui mulut.
d. Tanah yang mengandung larva cacing
Tanah yang mengandung larva cacing dan masuk melalui pori-pori tubuh.
Selain melalui makanan yang tercemar oleh larva cacing, cacing juga masuk ke
tubuh manusia melalui kulit (pori-pori). Dari tanah, misalnya lewat kaki anak
telanjang yang menginjak larva atau telur. Bisa juga larva cacing masuk melalui
pori-pori, yang biasanya ditandai dengan munculnya rasa gatal.
IV. Gejala penyakit cacingan
- Gejala Umum
1. Wajah
pucat, lesu dan lemas
Lesu dan lemas terjadi akibat kondisi anemia.
Anemia ini muncul karena cacing yang berkembang biak memerlukan nutrisi,
kemudian mereka mengambil nutrisi dengan menghisap darah
2. Nyeri di perut
Cacingan juga dapat menimbulkan sakit perut,
bahkan kondisi ini bisa berkembang menjadi diare. Sebab cacing yang hidup dalam
saluran pencernaan terus memakan dan menggerogoti sari-sari makanan.
3.
Berat badan menurun drastis
Orang yang terkena penyakit cacingan seringkali
terlihat sangat kurus. Sebab nutrisi yang seharusnya diserap oleh tubuh menjadi
makanan cacing.
"Tidak hanya pada anak, tanda ini juga
bisa muncul pada orang dewasa. Karena zat gizi di dalam tubuhnya itu diserap
oleh cacing, makanya badannya kurus," ujar Prof. dr. Supargiyono,
DTM&H., SU., Sp.Par(K), Kepala Bagian Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas
Gajah Mada, saat dihubungi detikHealth dan ditulis pada Rabu (25/9/2013).
4. Batuk
4. Batuk
Beberapa jenis cacing dapat hidup di paru-paru
dan menyebabkan batuk yang tak kunjung sembuh.
b.Gejala Khusus
1. Cacing Gelang
Sering kembung, mual, dan muntah-muntah. Kehilangan nafsu makan dibarengi
diare, akibat ketidakberesan di saluran pencernaan. Pada kasus yang berat,
penderita mengalami kekurangan gizi. Cacing gelang yang jumlahnya banyak, akan
menggumpal dan berbentuk seperti bola, sehingga menyebabkan terjadinya sumbatan
di saluran pencernaan.
2. Cacing Cambuk
Dapat menimbulkan peradangan di sekitar tempat hidup si cacing, misalnya di
membrane usus besar. Pada kondisi ringan, gejala tidak terlalu tampak. Tapi
bila sudah parah dapat mengakibatkan diare berkepanjangan. Jika dibiarkan akan
mengakibatkan pendarahan usus dan anemia. Peradangan bisa menimbulkan gangguan
perut yang hebat, yang menyebabkan mual, muntah, dan perut kembung.
3. Cacing Tambang
Cacing tambang menetas di luar tubuh manusia, larvanya masuk kedalam tubuh
melalui kulit. Cacing tambang yang hidup menempel di usus halus menghisap darah
si penderita. Gejala yang biasa muncul adalah lesu, pucat, dan anemia berat.
4. Cacing Kremi
Telur cacing ini masuk ke dalam tubuh melalui mulut, lalu bersarang di usus
besar. Setelah dewasa, cacing berpindah ke anus. Dalam jumlah banyak, cacing
ini bisa menimbulkan gatal-gatal di malam hari. Tidak heran bila si kecil
nampak rewel akibat gatal-gatal yang tidak dapat ditahan. Olesi daerah anusnya
dengan baby oil dan pisahkan semua peralatan yang bisa menjadi media penyebar,
seperti handuk, celana, pakaian.
V. Pencegahan
penyakit cacingan
a. Menjaga Kebersihan Perorangan
1)
Mencuci tangan sebelum makan dan sesudah
buang air besar dengan menggunakan air dan sabun.
2)
Potong kuku anak secara teratur. Kuku
panjang bisa menjadi tempat bermukim larva cacing.
3)
Ajari anak untuk tidak terbiasa
memasukkan tangan ke dalam mulutnya. Selalu pakaikan sandal atau sepatu setiap
kali anak bermain di luar rumah.
4)
Bilas sayur mentah dengan air mengalir
atau mencelupkannya beberapa detik ke dalam air mendidih.
5)
Juga tidak jajan di sembarang tempat,
apalagi jajanan yang terbuka.
6)
Menggunakan air bersih untuk keperluan
makan, minum, dan mandi
7)
Mencuci dan memasak makanan dan minuman
sebelum dimakan.
8)
Mandi dan membersihkan badan paling
sedikit dua kali sehari.
9)
Memakai alas kaki bila berjalan di
tanah, dan memakai sarung tangan bila melakukan pekerjaan yang berhubungan
dengan tanah.
10)
Menutup makanan dengan tutup saji untuk
mencegah debu dan lalat mencemari makanan tersebut.
b.Menjaga Kebersihan Lingkungan
Ø
Membuang tinja di jamban agar tidak
mengotori lingkungan.
Ø
Jangan membuang tinja, sampah atau
kotoran di sungai.
Ø
tidak menyiram jalanan dengan air got
Ø
Mengusahakan pengaturan pembuangan air
kotor.
Ø
Membuang sampah pada tempatnya
untuk menghindari lalat dan lipas.
Ø
Menjaga kebersihan rumah dan
lingkungannya.
VI. Akibat
penyakit cacingan
Pada kasus ringan cacingan memang tidak menimbulkan gejala nyata, tetapi
pada kasus-kasus infeksi berat bisa berakibat fatal. Cacing dapat bermigrasi ke
organ lain yang menyebabkan infeksi pada usus dan dapat berakhir pada kematian.
Infeksi usus akibat cacingan, juga berakibat menurunnya status gizi
penderita yang menyebabkan daya tahan tubuh menurun sehingga memudahkan
terjadinya infeksi penyakit lain termasuk HIV/AIDS, Tuberkulosis dan Malaria.
Dampaknya dapat dilihat dari terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan
anak-anak, komplikasi kehamilan, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), kerusakan
tubuh secara signifikan hingga kecacatan, kebutaan, stigma sosial, serta
produktivitas ekonomi dan pendapatan rumah tangga yang menurun. Bisa juga
terjadi “erratic“, yakni, cacing keluar keluar lewat hidung atau mulut.”
Cacingan menyebabkan anemia sehingga membuat anak mudah sakit karena tidak
punya daya tahan. Anak juga akan kehilangan berat badan, dan prestasi belajar
turun. Dari pertumbuhan fisik yang terhambat, hingga IQ
loss (penurunan kemampuan mental). Dalam perjalanannya, anak bisa jadi
batuk seperti TBC, berdahak seperti asma.
VII. Pengobatan
penyakit cacingan
Setiap enam bulan sekali pada masa usia tumbuh, yaitu usia 0 sampai sekitar
usia 15 tahun, anak diberi obat cacing.” Jangka waktu enam bulan ini untuk memotong
siklus kehidupan cacing.atau bisa juga di beri obat herbal yaitu, menggunakan ramuan wortel, Ambillah beberapa
wortel, parut dan ambil airnya. Setelah itu campurkan dengan sedikit santan dan
sedikit garam. Kemudian minumkan pada anak yang terkena cacingan, ramuan ini efektif
untuk membunuh cacing di dalam tubuh. Selain itu juga dapat digunakan pada
orang dewasa, dapat juga dengan cara Menggunakan ramuan akar delimaAmbillah
beberapa potong akar delima, lalu cuci hingga bersih. Kemudian rebus akar
delima tersebut dan minum airnya secara rutin sampai penyakit cacingan
sembuh.3. Menggunakan biji pepayaAmbillah biji pepaya sebanyak 30an butir.
Setelah itu keringkan pada sinar matahari. Setelah biji pepaya tersebut
mengering, tumbuk dan tambahkan dengan segelas air dan madu.
BAB III
PENUTUP
I. Kesimpulan
Cacingan merupakan suatu penyakit yang tidak boleh
dianggap remeh.Cacingan dapat mengakibatkan menurunnya
kondisi kesehatan, gizi, dan kecerdasan penderitanya sehingga dipandang
sangat merugikan, karena menyebabkan kehilangan karbohidrat dan protein serta
kehilangan darah.
Sehingga dapat
menurunkan kualitas sumber daya manusia. Cacingan dapat dikategorikan sebagai
salah satu masalah kesehatan yang cukup mengkhawatirkan dan memerlukan
penanganan yang serius.
II. Saran
a.
Biasakan anak untuk membersihkan tangan
dengan sabun, sebelum makan, seusai makan, atau setelah bermain, khususnya di
luar rumah.
b.
Potong kuku anak secara teratur. Kuku
panjang bisa menjadi tempat bermukim larva cacingan.
c.
Ajari anak untuk tidak terbiasa
memasukkan tangan ke dalam mulutnya.
d.
Selalu pakaikan sandal atau sepatu
setiap kali anak bermain di luar rumah.
e.
Jaga kebersihan sanitasi lingkungan,
misalnya dengan rajin membersihkan kakus atau septictank.